Seminar Nasional
Pelaksanaan : 2025-03-21 s/d 2025-03-21
Ilmu Gizi atau Nutrition Science adalah ilmu yang mempelajari tentang makanan dan kaitannya dengan kesehatan tubuh. Menurut WHO ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup. Proses tersebut meliputi pengolahan zat gizi yang diperoleh melalui makanan untuk pertumbuhan, menghasilkan energi, dan memelihara jaringan. Gizi berasal dari kata bahasa Arab "Ghidza" yang berarti makanan. llmu gizi berkaitan juga dengan Sustainable Development Goals (SDGs) yang mendukung berkurangnya kasus malnutrisi. Indikator SDGs yang mendukung adanya permasalahan kesehatan gizi di tingkat global seperti dalam poin SDGs yang pertama yaitu kemiskinan, kedua mengakhiri kelaparan, serta yang ke tiga kesehatan yang baik dan kesejahteraan. Karena adanya SDGs inilah maka kita perlu berpartisipasi untuk membantu berkurangnya kasus terkait gizi. Dengan memahami gizi maka akan memudahkan mahasiswa untuk memahami fungsi masing-masing zat gizi bagi metabolisme tubuh. Tentu terdapat beberapa perbandingan status gizi antar suatu negara dengan negara lainnya. Negara Belanda sendiri telah menunjukkan kemajuan terbatas dalam mencapai target penyakit tidak menular (PTM) yang terkait dengan pola makan. 22,2% wanita dewasa (berusia 18 tahun ke atas) dan 23,8% pria dewasa mengalami obesitas. Prevalensi obesitas di Belanda lebih rendah dari rata-rata regional sebesar 25,3% untuk wanita dan 24,9% untuk pria. Namun, Belanda berada di jalur yang benar untuk memenuhi target diabetes, dengan 5,5% pria dewasa dan 3,6% wanita dewasa yang terkena dampaknya. Sedangkan untuk Negara Indonesia, menurut data Kementrian Kesehatan RI, Angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 21,6% berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, walaupun terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 24,4% tahun 2021, namun masih perlu upaya besar untuk mencapai target penurunan stunting pada tahun 2024 sebesar 14%. Sebaliknya di Bangladedesh menurut Multiple Indicator Cluster Survey (MICS) 2019, survei nasional yang dilakukan di Bangladesh yang didanai oleh UNICEF terdapat 10.875 sampel, 24,67% anak mengalami stunting, 9,75% anak mengalami wasting, 20,57% anak mengalami underweight, dan 6,80% anak mengalami overweight. Prevalensi stunting dan underweight lebih rendah pada usia <6 bulan dan lebih tinggi pada usia 36–47 bulan dan 24–35 bulan. Prevalensi wasting lebih tinggi pada usia 12–23 bulan dan lebih rendah pada usia 36–47 bulan. Sebaliknya, prevalensi overweight lebih tinggi pada usia <6 bulan. Dengan adanya perbedaan status gizi dari tiga negara yang sudah dijelaskan maka, Badan Eksekutif Mahasiswa, Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro mengadakan kegiatan Seminar Internasional dengan tema "The Future of Global Nutrition: Lessons from Cross-Country Studies. Kami berharap dengan adanya kegiatan Seminar Internasional ini dapat membuat mahasiswa Fakultas Kesehatan dapat lebih peduli dengan adanya permasalahan status gizi yang ada di Indonesia sehingga diharapkan mahasiswa dapat membantu mengatasi permasalahan gizi yang ada di Indonesia.
Ilmu Gizi atau Nutrition Science adalah ilmu yang mempelajari tentang makanan dan kaitannya dengan kesehatan tubuh. Menurut WHO ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada organisme hidup. Proses tersebut meliputi pengolahan zat gizi yang diperoleh melalui makanan untuk pertumbuhan, menghasilkan energi, dan memelihara jaringan. Gizi berasal dari kata bahasa Arab "Ghidza" yang berarti makanan. llmu gizi berkaitan juga dengan Sustainable Development Goals (SDGs) yang mendukung berkurangnya kasus malnutrisi. Indikator SDGs yang mendukung adanya permasalahan kesehatan gizi di tingkat global seperti dalam poin SDGs yang pertama yaitu kemiskinan, kedua mengakhiri kelaparan, serta yang ke tiga kesehatan yang baik dan kesejahteraan. Karena adanya SDGs inilah maka kita perlu berpartisipasi untuk membantu berkurangnya kasus terkait gizi. Dengan memahami gizi maka akan memudahkan mahasiswa untuk memahami fungsi masing-masing zat gizi bagi metabolisme tubuh. Tentu terdapat beberapa perbandingan status gizi antar suatu negara dengan negara lainnya. Negara Belanda sendiri telah menunjukkan kemajuan terbatas dalam mencapai target penyakit tidak menular (PTM) yang terkait dengan pola makan. 22,2% wanita dewasa (berusia 18 tahun ke atas) dan 23,8% pria dewasa mengalami obesitas. Prevalensi obesitas di Belanda lebih rendah dari rata-rata regional sebesar 25,3% untuk wanita dan 24,9% untuk pria. Namun, Belanda berada di jalur yang benar untuk memenuhi target diabetes, dengan 5,5% pria dewasa dan 3,6% wanita dewasa yang terkena dampaknya. Sedangkan untuk Negara Indonesia, menurut data Kementrian Kesehatan RI, Angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 21,6% berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, walaupun terjadi penurunan dari tahun sebelumnya yaitu 24,4% tahun 2021, namun masih perlu upaya besar untuk mencapai target penurunan stunting pada tahun 2024 sebesar 14%. Sebaliknya di Bangladedesh menurut Multiple Indicator Cluster Survey (MICS) 2019, survei nasional yang dilakukan di Bangladesh yang didanai oleh UNICEF terdapat 10.875 sampel, 24,67% anak mengalami stunting, 9,75% anak mengalami wasting, 20,57% anak mengalami underweight, dan 6,80% anak mengalami overweight. Prevalensi stunting dan underweight lebih rendah pada usia <6 bulan dan lebih tinggi pada usia 36–47 bulan dan 24–35 bulan. Prevalensi wasting lebih tinggi pada usia 12–23 bulan dan lebih rendah pada usia 36–47 bulan. Sebaliknya, prevalensi overweight lebih tinggi pada usia <6 bulan. Dengan adanya perbedaan status gizi dari tiga negara yang sudah dijelaskan maka, Badan Eksekutif Mahasiswa, Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro mengadakan kegiatan Seminar Internasional dengan tema "The Future of Global Nutrition: Lessons from Cross-Country Studies. Kami berharap dengan adanya kegiatan Seminar Internasional ini dapat membuat mahasiswa Fakultas Kesehatan dapat lebih peduli dengan adanya permasalahan status gizi yang ada di Indonesia sehingga diharapkan mahasiswa dapat membantu mengatasi permasalahan gizi yang ada di Indonesia.