Bina Desa
Pelaksanaan : 2024-12-21 s/d 2024-12-21
Merokok merupakan salah satu masalah kesehatan karena tingkat penggunaannya masih tinggi di Indonesia. Pada saat sekarang ini, kebiasaan merokok tidak hanya menjadi masalah pada orang dewasa, namun juga semakin marak pada kalangan anak dan remaja. Meskipun sudah mengetahui dampak dan bahaya dari rokok, pada kenyataannya masih banyak sekali orang yang merokok dan tidak menghiraukan berbagai macam risiko kesehatan yang bahkan sudah tertulis dengan jelas di tiap bungkus rokok. Prevalensi keseluruhan perokok di Indonesia sebesar 34,8%, dengan jumlah perokok 59,9 juta jiwa. Pada tahun 2009, Global Youth Tobacco Survey (GYTS) menyebutkan bahwa sebagian besar anak usia 13-15 tahun dapat secara bebas membeli rokok dengan presentase 51,1% membeli rokok di toko atau warung dan 59% dapat membeli rokok di toko atau warung tanpa penolakan dari penjual. Indonesia menyumbang lebih dari 230.000 kematian akibat konsumsi produk tembakau setiap tahunnya, dan prevalensi nasional merokok di Indonesia adalah 28,8%. Pendapatan rumah tangga, pertumbuhan penduduk, rendahnya harga rokok, dan mekanisasi industri kretek telah mempengaruhi peningkatan konsumsi rokok di Indonesia. Berkembangnya industri rokok di Indonesia membuat bukan hanya rokok tembakau yang diproduksi melainkan ada produk baru yaitu rokok elektrik. Rokok elektrik menjadi tren di kalangan remaja pada saat ini. Oleh karena itu, remaja yang merokok dapat menjadi ancaman yang serius bagi masa depan bangsa.
Merokok merupakan salah satu masalah kesehatan karena tingkat penggunaannya masih tinggi di Indonesia. Pada saat sekarang ini, kebiasaan merokok tidak hanya menjadi masalah pada orang dewasa, namun juga semakin marak pada kalangan anak dan remaja. Meskipun sudah mengetahui dampak dan bahaya dari rokok, pada kenyataannya masih banyak sekali orang yang merokok dan tidak menghiraukan berbagai macam risiko kesehatan yang bahkan sudah tertulis dengan jelas di tiap bungkus rokok. Prevalensi keseluruhan perokok di Indonesia sebesar 34,8%, dengan jumlah perokok 59,9 juta jiwa. Pada tahun 2009, Global Youth Tobacco Survey (GYTS) menyebutkan bahwa sebagian besar anak usia 13-15 tahun dapat secara bebas membeli rokok dengan presentase 51,1% membeli rokok di toko atau warung dan 59% dapat membeli rokok di toko atau warung tanpa penolakan dari penjual. Indonesia menyumbang lebih dari 230.000 kematian akibat konsumsi produk tembakau setiap tahunnya, dan prevalensi nasional merokok di Indonesia adalah 28,8%. Pendapatan rumah tangga, pertumbuhan penduduk, rendahnya harga rokok, dan mekanisasi industri kretek telah mempengaruhi peningkatan konsumsi rokok di Indonesia. Berkembangnya industri rokok di Indonesia membuat bukan hanya rokok tembakau yang diproduksi melainkan ada produk baru yaitu rokok elektrik. Rokok elektrik menjadi tren di kalangan remaja pada saat ini. Oleh karena itu, remaja yang merokok dapat menjadi ancaman yang serius bagi masa depan bangsa.